TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga dari kalangan menengah atas di Jakarta yang terimbas banjir juga mengungsi dari rumahnya. Namun, mereka tak tinggal di pengungsian melainkan merogoh kocek lebih dalam untuk menginap di hotel.
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan banjir yang melanda sebagian wilayah Jakarta dan sekitarnya membuat tingkat keterisian atau okupansi hotel di wilayah tersebut terkerek. Ternyata, selain warga yang kebanjiran, warga yang rumahnya tidak terendam banjir pun tidak sedikit yang ikut mengungsi ke hotel. Sebab, mereka enggan berdiam diri di rumah dengan kondisi tidak nyaman akibat pemadaman listrik dan terhentinya pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat.
“Kenaikan okupansi ini berdasarkan informasi terakhir kami hanya terjadi di sekitar daerah terdampak. Data pastinya kami belum ada informasi. Akan tetapi, kenaikan tentunya akan paling terasa di hotel budget bukan hotel berbintang empat atau lima,” katanya kepada Bisnis pada Kamis2 Januari 2020.
Namun, kata Maulana, di beberapa wilayah di Jakarta juga terdapat beberapa hotel yang okupansinya justru menurun drastis akibat dikepung banjir. Misalnya sejumlah hotel di Kemang, Jakarta Selatan, yang terpaksa mengevakuasi tamunya menggunakan perahu karet. “Untuk informasi hotel mana saja yang terdampak banjir kami masih menghimpunnya,” ucapnya.
Kenaikan okupansi akibat dari banjir yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya ini dibenarkan oleh Lenny Julia, Corporate Communications Manager PT Sahid International Hotel Management & Consultant (Sahid Hotels). Dia menyebut, sebagian dari tamu di Grand Sahid Jaya Hotel, salah satu hotel milik jaringan Sahid Hotels di Jakarta Pusat itu merupakan warga yang terdampak banjir.